Surabayapos.com - Sejarah kemerdekaan Republik Indonesia tak bisa lepas dari Kota Surabaya. Sejarah mencatat perlawanan arek-arek Surabaya dalam revolusi fisik merebut dan mempertahankan kemerdekaan.
Salah satu peristiwa monumental itu adalah perobekan bendera Belanda di menara Hotel Yamato yang kini dikenal dengan Hotel Majapahit. Saat itu warna biru pada bendera Belanda dirobek sehingga menjadi bendera merah putih.
Peristiwa heroik itu akhirnya memicu perlawanan arek-arek Surabaya yang puncaknya adalah Pertempuran 10 Nopember 1945 yang dicatat sebagai salah satu pertempuran paling besar di dunia. Peristiwa bersejarah itu dikenang kembali oleh warga Kebangsren RW 03 Kelurahan Genteng yang dikenal sebagai Kampung Pejuang.
"Kita mengenang perjuangan di kampung kita menuju Hotel Yamato untuk merobek bendera Belanda yang berkibar di dekat kampung kita. Peristiwa ini perlu dikenang agar generasi muda mengerti sejarah perjungan para pahlawan," ujar Achmad Efendi, ketua panitia malam renungan kemerdekaan, Minggu (1/9/2019), malam.
Di tempat yang sama, Redy Ketua RW 03 Kebangsren mengingatkan agar generasi muda, khususnya di Kebangsren agar tidak melupakan peristiwa Yamato. Karena itu peristiwa yang memiliki nilai sejarah yang melibatkan warga Kebangsren.
Redy berharap peristiwa ini harus dikenang sepanjang masa dan diceritakan secara turun temurun. Dengan begitu warga Kebngsren punya kebanggaan sebagai pelaku sejarah dalam mempertahankan kemerdekaan dalam pertempuran 10 Nopember 1945 yang dikenang sebagai Hari Pahlawan.
"Peristiwa Yamato ini membuktikan peran warga Kebangsren dalam mempertahankan kemerdekaan. Ini kebanggaan kita sebagai warga kampung pejuang. Karena itu tak boleh dilupakan. Caranya, dengan malam renungan seperti ini sehingga generasi mendatang tidak buta sejarah," imbuh Redy.(tji)
Salah satu peristiwa monumental itu adalah perobekan bendera Belanda di menara Hotel Yamato yang kini dikenal dengan Hotel Majapahit. Saat itu warna biru pada bendera Belanda dirobek sehingga menjadi bendera merah putih.
Peristiwa heroik itu akhirnya memicu perlawanan arek-arek Surabaya yang puncaknya adalah Pertempuran 10 Nopember 1945 yang dicatat sebagai salah satu pertempuran paling besar di dunia. Peristiwa bersejarah itu dikenang kembali oleh warga Kebangsren RW 03 Kelurahan Genteng yang dikenal sebagai Kampung Pejuang.
"Kita mengenang perjuangan di kampung kita menuju Hotel Yamato untuk merobek bendera Belanda yang berkibar di dekat kampung kita. Peristiwa ini perlu dikenang agar generasi muda mengerti sejarah perjungan para pahlawan," ujar Achmad Efendi, ketua panitia malam renungan kemerdekaan, Minggu (1/9/2019), malam.
Di tempat yang sama, Redy Ketua RW 03 Kebangsren mengingatkan agar generasi muda, khususnya di Kebangsren agar tidak melupakan peristiwa Yamato. Karena itu peristiwa yang memiliki nilai sejarah yang melibatkan warga Kebangsren.
Redy berharap peristiwa ini harus dikenang sepanjang masa dan diceritakan secara turun temurun. Dengan begitu warga Kebngsren punya kebanggaan sebagai pelaku sejarah dalam mempertahankan kemerdekaan dalam pertempuran 10 Nopember 1945 yang dikenang sebagai Hari Pahlawan.
"Peristiwa Yamato ini membuktikan peran warga Kebangsren dalam mempertahankan kemerdekaan. Ini kebanggaan kita sebagai warga kampung pejuang. Karena itu tak boleh dilupakan. Caranya, dengan malam renungan seperti ini sehingga generasi mendatang tidak buta sejarah," imbuh Redy.(tji)