Notification

×

Iklan

Presiden RI 2024 ? Mana Pilihanmu

Iklan

Presiden RI 2024 ? Mana Pilihanmu

Audiensi Perempuan Tani, Ning Lia: Produk Olahan dan UKM Hindari Ulah Tengkulak

15/01/2020 | 22.53 WIB | Dibaca: 0 kali Last Updated 2020-01-15T15:53:23Z
    Bagikan

SurabayaPos.com | Surabaya - Ketua Perempuan Tani HKTI Jawa Timur, Lia Istifhama menguraikan bahwa, over produksi pasti akan memancing tengkulak. Selain diversifikasi jenis holtikultura, sekaligus tentang homogenitas varian holti, bisa juga dengan melakukan pengolahan langsung pada tanaman holti. 


"Jadi, saat terjadi over produksi atau panen melimpah komoditas holtikultura, tidak semua harus diborong dalam bentuk mentah. Namun, harus ada yang bisa dijual dalam bentuk produk UKM atau bentuk olahan lainnya,” kata Lia Istifhama saat audiensi Pengurus Perempuan Tani HKTI Jawa Timur, dengan Sumiyanto Aji, Kepala Bidang (Kabid) Holtikultura Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Provinsi Jawa Timur, Selasa, (14/1/2020).

Sementara, Sumiyanto Aji menyebutkan, saat masa panen tanaman holtikultura secara bersamaan, bisa memicu terjadinya over produksi. Itu membuat petani khawatir dengan ulah tengkulak yang bisa memainkan harga.

“Nah, sangat penting jika petani mencoba menanam tanaman di luar masa panen. Alias menanam melawan masa tanam,” kata Sumiyanto Aji. 

Dia mencontohkan, saat musim kemarau tetap menanam padi atau yang paling mudah, setiap rumah membiasakan menanam tanaman holti di pekarangannya, baik satu atau dua meter.

"Paling tidak guna memenuhi kebutuhan produksi di luar masa panen. Tujuan kedua, memancing pemasaran hasil tanaman holti meski bukan masa panen. Sehingga, ketika panen, sudah ada calon-calon pembeli,” tambahnya, sambil menyebut, itu untuk menjelaskan pentingnya profil tanaman untuk menarik konsumen.

Dirinya menyarankan, juga bisa dibuat profil yang lengkap. Misalnya tanaman yang ditanam memiliki masa tanam berapa lama, kapan panen, seberapa ukurannya. Apakah tanaman ini kontinyu ditanam atau sebagainya. 

"Profil seperti ini dibutuhkan oleh kami, dinas pertanian. Dari situ, kami dapat mengukur, sejauh mana produk ini bisa dilirik pangsa pasar. Saya kira, perusahaan swasta pun memiliki pemikiran sama,” tambahnya.

Hadir di acara itu, Lia Istifhama didampingi anggotanya Febrida astutik, Titien Watni, Indah Muhaimi, Astutik, dan Nurul Qomariyah.

Lia atau Ning Lia kemudian menarik kesimpulan dari pertemuan selama dua jam itu, yakni soal pentingnya penyerapan aspirasi.

"Pertemuan ini merupakan salah satu bentuk fungsi bridging kami, yaitu menyerap aspirasi petani holtikultura untuk disampaikan pada dinas terkait. Memang harus diketahui, bahwa diversifikasi produk, yaitu adanya hasil pertanian yang beragam pada suatu wilayah. Dan, itu penting sebagai upaya mengantisipasi over produksi pada jenis holti yang sama pada suatu wilayah," urainya.

Dia menjabarkan, over produksi pasti akan memancing tengkulak. Selain diversifikasi jenis holti, sekaligus tentang homogenitas varian holti, bisa juga dengan melakukan pengolahan langsung pada tanaman holti.

Ibu dua anak itu menjelaskan, langkah yang ditempuh itu bisa memunculkan pangsa pasar yang berbeda-beda. Sehingga dapat menaikkan demand ketika over supply. 

"Pengetahuan detail tentang holti menjadi bekal kita ketika menjalankan fungsi pendampingan perempuan tani untuk optimalisasi sumber daya hayati,” jelasnya.

Dalam diskusi itu kemudian muncul cerita berbagai pengalaman masing-masing tentang menanam. Lantaran perempuan tani juga pemilik lahan persawahan. Misalnya, Febrida memiliki tanaman jagung dan ubi, Nurul tanaman bawang. Selain membahas tanaman holti, mereka juga berdiskusi tentang subsidi pupuk. 

Soal pupuk, Aji mengatakan sesuai aturan dari pusat, bahwa yang bisa mendapatkan subsidi pupuk adalah yang memiliki lahan maksimal dua hektar.(tji)