pemilih pemuda pada 2019 meningkat di persentase 54%, angka ini hampir mendekati 60% namun untuk tingkat partisipasi pemilih pemuda masih jauh berada di 14%," terang Mia.
Menurut musyafaah Mia, hal ini sangat disayangkan karena generasi pemuda adalah ujung tombak untuk masa yang akan datang dalam menentukan kebijakan Negara. Peran perempuan dalam berpolitik juga hingga saat ini masih kurang, salah satu isu yang berpengaruh yaitu persoalan culture dan juga kesenjangan sosial.
Lanjut Mia, "Inilah pentingnya sosialisasi dan konsolidasi sesama generasi pemuda untuk meningkatkan peran pemuda dalam pemilu 2024, sekaligus meningkatkan peran kaum perempuan untuk berpartisipasi dalam ruang politik," ucapnya.
"Sudah seharusnya partai politik tidak hanya menggunakan perempuan dalam hal pemenuhan kuota saja, adanya kebijakan affirmative action yang tertuang di undang-undang pemilu adalah salah satu bentuk Negara yang memberikan kesempatan seluasnya untuk kaum perempuan mengisi ruang-ruang politik.
Dan kaum perempuan sangat dibutuhkan untuk ikut andil dalam menentukan dan penyelarasan kebijakan Negara, apalagi terkait isu-isu kaum perempuan itu tersendiri," paparnya.
Maka dari itu, musyafaah mia berharap akan massivnya pendidikan politik dalam jiwa generasi muda terutama kaum perempuan," pungkasnya.
Penulis: one
